12 Juli 2007

Mengapa kami melakukan sandwich kerja dengan pemerintah?

Kepada Kawan-kawan Semuanya,

Kami dari Dewan Pimpinan Nasional — Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengucapkan terimakasih banyak atas semua kritik dan dukungannya ketika SBMI melakukan kontrak politik dengan kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Semuanya akan kami jadikan masukan sebagai bahan kami untuk melakukan advokasi khususnya bagi kami anggota SBMI di dalam dan luar negeri tapi juga bagi kawan-kawan yang lain umumnya.

Latar belakang

Memang setiap tindakan dan keputusan ada resiko tersendiri yang harus dihadapi. Dan ada juga pilihan pahit dan manis yang harus dirasakan. Tentu ada nilai baik dan buruk. Itu semua sudah menjadi hukum Allah atau Sunnatullah. Begitu juga ketika SBMI memutuskan untuk melakukan kontrak politik dengan BNP2TKI. Kami sudah berpikir dan terus berpikir sampai pada kesimpulan siap menerima resiko dari semua akibat yang timbul atas kontrak tersebut.

Namun kita semua juga harus berpikir dewasa bahwa ketika kita melihat sesuatu perlu tidak hanya melihat dari satu sisi belaka atau dari rasa suka atau tak suka kita semata terhadap sesuatu atau seseorang sehingga membuat kita terjebak dalam satu kesimpulan yang subyektif yang tidak berdasar.

Apakah kami mengenal Jumhur Hidayat?

Benar kami tidak mengenal Sdr. Jumhur Hidayat lebih dalam secara pribadi tetapi jangan dilihat Jumhur secara pribadi. Dalam hal ini Jumhur kiranya tidak mewakili kepentingan pribadi. Namun kami melihat jumhur sebagai kepala BNP2TKI, suatu badan pemerintah. Ia mewakili pemerintah dalam badan atau lembaga kenegaraan yang secara resmi dan sah dibentuk oleh pimpinan republik ini untuk mempercepat pembenahan urusan bekerja ke luar negeri bagi para warga negara kita, yang selama ini masih sangat kacau balau dan tak menentu bagi keselamatan dan perlindungan mereka.

Dalam hal ini kami bertaruh untuk percaya pada pemerintah pada beberapa hal yang sifatnya spesifik dan karenya perlu melakukan sandwich kerja dengan mereka. Karenanya tidak berarti kami bagian dari pemerintah itu sendiri, sebab sandwich kerja menuntut prasyarat independensi. Lagipula dalam suatu sistem pemerintahan, pemerintah adalah salah satu unsur dari supra struktur politik yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan program kerja atas nama mekanisme politik yang transparan, termasuk perubahan kebijakan. Jadi pada hemat kami, kami tidak bersikap sembarangan ketika kami bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya mewujudkan perlindungan, perbaikan sistem, pemberdayaan bagi para buruh migran.

Kami adalah para buruh migran Indonesia, mantan-mantan buruh migran Indonesia, calon-calon buruh migran Indonesia dan para anggota keluarga buruh migran Indonesia. Tantangan dan ancaman keselamatan itu sangat nyata. Karenanya, dalam hal ini kami harus berjuang untuk diri kami demi perbaikan nasib kami. Yang memperjuangkan kami bukan orang dari Kutub Selatan atau Kutub Utara atau pun pahlawan dari Laut Hitam. Kami harus berjuang sendiri. Kalau kami tidak berjuang untuk diri kami sendiri, kami akan tertindas selamanya, bak lokomotip yang tidak pernah akan jadi kereta api yang berguna tanpa ada gerbong-gerbongnya dan para awaknya.

Apa tujuan kami melakukan sandwich kerja dengan pemerintah?

Kami mengadakan sandwich kerja ini dengan pemerintah ini dengan tujuan ikut bersama memikirkan solusi bagi kacau-balaunya sistem pelayanan bagi para buruh migran di negeri ini. Kami sadar bukan pula untuk mencari popularitas atau pun mendapat gelar kehormatan dari badan pemerintah ini. Sebab, jika kami hanya bisa mengkritik tanpa memberikan sumbangan pemikiran walau hanya satu atau dua kata, apalah gunanya pada akhirnya .. Para korban dan keterancaman itu, sekali lagi, ada di hadapan mata kami dalam hidup kami sehari-hari sebagai pekerja migran baik di dalam negeri apalagi di luar negeri. Perspektif ini hendaknya tidak kita tawar-tawar sama sekali.

Perihal kritik-mengritik yang semakin berasa tak berujung pangkal dapat diibaratkan bagai para suporter pemain bola dari Bahrain yang terus mengkritik para pemain dari negara mereka setelah kesebelasan itu kalah 2-1 dari Indonesia baru-baru ini di Gelora Bung Karno, Jakarta. Sementara itu, bukankah para pengritik itu hanya duduk manis minum teh botol Sosro di bawah keteduhan stadion itu, tidak tersengat panas matahari sama sekali dan karenanya juga tidak merasakan bagaimana lelahnya berjuang di lapangan rumput?

Para Duta Buruh Migran

Kami juga mengajak Duta Buruh Migran Indonesia untuk terlibat aktif dalam beberapa kegiatan kampanye kami. Para duta ini sudah dikenal keberpihakannya kepada kaum miskin sebagai kami para buruh migran yang berasal dari desa-desa terpencil di negara ini. Jika ada sementara kawan yang mempertanyakan apakah kegiatan bersama para duta itu bukan hanya bersenang-senang saja, maka kiranya perlu kita ingat bahwa kondisi sulit yang dialami oleh para buruh migran di perantauan di luar negeri.

Kami bukan mengajak para duta —terima kasih untuk para duta atas kesediaan mereka— untuk berdangdut ria atau berjoget Karawangan saja tanpa ada hal-hal yang terkait secara langsung dengan kepentingan para buruh migran, tapi sesungguhnya kami terutama hendak melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang berhubungan dengan menjadi buruh migran yang pintar dan cerdas, yang tidak terjebak para calo, yang kritis ketika menghadapi masalah, yang tahu menangani masalah dan permasalahan lainnya yang banyak kami hadapi sebagai buruh migran. Kiranya tidak seluruhnya tepat kalau kawan-kawan mencap kami sekedar “berdangdut ria” semata.

Terimakasih kepada teman-teman yang telah bertanya terlebih dahulu sebelum menyampaikan komentar. “Ngomong sing penting ae .. Ojo sing penting ngomong tapi ngawur.” Begitu kata teman-teman kami dalam sandwich kerja ini.

Untuk kawan-kawan yang berada di luar negeri!

Bukankah kawan-kawan semua telah faham dan sangat menyadari bagaimana situasi kerja yang serba melelahkan itu. Sementara kawan-kawan semua juga jauh dari kawan-kawan lain dan jauh dari keluarga. Salahkah jika kawan-kawan sejenak mendengarkan balada yang menggetarkan semangat atau suara merdu penyanyi yang meneduhkan kegalauan hati di perantauan atau suara syahdu dari ustad yang berkunjung memberikan tausyiah untuk saudari-saudari kita nun jauh di Hongkong misalnya?

Dalam hal ini saya tidak menyamakan antara dangdutan dan dakwah. Tapi saya menyoroti dari pola kecenderungan positif yang terus-menerus berusaha ditemukan oleh kawan-kawan dalam memilih cara-cara alternatif untuk mengisi dan memanfaatkan waktu libur secara positif dan menguatkan jiwa.

Hal semacam ini adalah salah satu cara kami dari SBMI untuk berbaur bersama, bertukar dan berbagai informasi berguna serta pengalaman-pengalaman berguna bersama dan dengan teman-teman kami yang lain yang senasib dan sependeritaan sambil memberikan sosialisasi-sosialisasi kepada kawan-kawan kami. Wajarlah ketika orang mencari dan menemukan sesuatu yang positif dan melegakan serta memulihkan tenaga batin dan tenaga tubuh, baik berupa musik ataupun olahraga atau pun yang lainnya, kemudian kami terlibat lebih jauh di dalam komunitas tersebut untuk melakukan hal-hal yang semakin menguatkan diri kami secara jasmani dan ruhani. Nah, jika semua ini dipandang sebagai hal yang negatif, apakah masih perlu kita periksa bersama kondisi jiwa kita ke psikiater?

Selamat untuk kawan-kawan semua atas keberhasilan tapi juga banyak kegagalan untuk terus-menerus dapat saling belajar satu sama lain, terus maju dalam perjuangan melindungi diri kita dan kami sendiri sebagai buruh migran yang tak lepas —tidak hanya— dari kerja berat tapi juga ancaman jiwa dan raga. Sekali lagi selamat dan terimakasih atas semua dukungan dan kritik.

Dewan Pimpinan Nasional
SBMI

1 komentar:

DPC SBMI SUMBAWA mengatakan...

Jika apa yang dilakukan untuk kepentingan Buruh Migran,Kenapa harus risih nyanyikan lagu Maia Yang terbaru EGP,kita adalah Buruh Migran,kita yang pernah merasakan bagaimana didiskriminasi,di dilecehkan,dianiaya,diintimidasi, sudah semestinya kita pula yang mencaqri jalan keluar dari semua itu dengan berbagai cara dan dengan siapapun yang terpenting kita tak menjual ISUE-ISUE kita ke Lembaga Donor dengan dalih kemanusiaan. BRAVO!!!! DPN SBMI Buatlah MOU dengan siapa saja demi kepentingan BURUH MIGRAN jangan hiraukan ANJING menggonggong karena dia mengonggong takut tak kebagian makanan.

Template Designed by Douglas Bowman - Updated to New Blogger by: Blogger Team
Modified for 3-Column Layout by Hoctro